I LOVE ALLAH

Abd-Allah ibn Ketika 'al-Mubaarak ditanya tentang turunnya Allah pada malam lima belas (15) dari Sya'ban, ia berkata kepada orang yang bertanya kepadanya: "Hai yang lemah! Malam tanggal lima belas?! SETIAP malam ALLAH turun! [Per Al-Bukhari, 6940 & Muslim, 1262] "
[Diriwayatkan oleh Abu 'Uthmaan al-Saabooni di I'tiqaad Ahl al-Sunnah, tidak. 92.]

Rabu, 11 November 2009

3rd series of Al Athiyyatul Haniyyah wal Washiyyatul Mardhiyyah ( lil Habiib 'Ali bin Hasan bin Abdi

Jadilah engkau seorang hamba yang senantiasa bersama Allah, seakan-akan tiada makhluk lain selainmu, berbuat baik dan layanilah makhluk-makhluk Allah, seakan-akan engkau tidak ada, zuhudlah kamu di dunia ini dari segala apa yang ada di tangan orang lain, niscaya Allah akan mencintaimu dan mereka mencintaimu.

Janganlah engkau bersedih, dan gelisah akibat keberpalingan orang-orang darimu, serta sikap penolakan mereka atas segala niat baikmu dalam mengharapkan keridhaan Allah SWT yang manfaatnya kembali kepada kalangan khusus atau umum. Karena pada umumnya mereka akan selalu berpaling darimu dan mereka menghalangi dari apa saja yang kau lakukan. Hal itu karena setan berperan selalu menjauhkan mereka dari apa saja yang dapat mendatangkan manfaat bagi mereka. Sesungguhnya setan tidak pernah menyukai terwujudnya persatuan dan kekompakan kaum mu’minin serta terjalinnya sikap saling bantu-membantu di antara mereka.

Waspadalah penyakit jenuh dan bosan, sehingga engkau berkata kepada dirimu “Mengapa engkau berupaya sungguh-sungguh melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka, pada saat mereka membalas kebaikanmu itu dengan kedurhakaan yang keji dan penentangan yang sungguh jelas?” sebab jika demikian adalah diantara tabiat naluriah manusia yang tampak demikian jelasnya ketika manusia berinteraksi dengan Allah SWT Dzat Yang Maha Haq lagi Maha Agung. Bukankah engkau pernah mendengar firman Allah SWT yang berbunyi: “Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?” (QS.’Abasa [80]:17)

Serta firman-Nya yang berbunyi: “Sesungguhnya manusia amat enggan lagi kikir terhadap Tuhannya” (QS. Al-‘Adiyat [100]:6)

Pahami dan renungkanlah baik-baik apa saja yang telah menimpa para nabi berupa pengingkaran para pengikut mereka. Ambilah pelajaran dari kisah nabi Adam beserta para puteranya, Nabi Syits dengan kaumnya, dan Nabi Nuh ketika berkata kepada kaumnya:

“Hai kaumku, jika terasa berat bagi kalian keberadaanku dan peringatanku tentang ayat-ayat Allah, maka kepada Allah lah aku bertawakkal. Karena itu, bulatkanlah keputusan kalian lalu kumpulkanlah urusan kamu beserta sekutu-sekutu kamu, kemudian janganlah keputusan kamu itu menjadi rahasia. Kemudian lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu member tangguh kepadaku” (QS. Yunus [10]:71)

Demikian pula apa yang telah menimpa Nabi Hud AS dan Nabi Shaleh AS beserta kaumnya, Nabi Ibrahim AS ketika menghadapi Namrudz dan ayahnya, Nabi Yaqub ketika menghadapi saudaranya, Nabi Yusuf ketika menghadapi perlakuan saudara-saudaranya, Nabi Ayyub ketika menyikapi bencana penyakit yang dideritanya, Nabi Musa AS ketika menghadapi Bani Israil setelah mereka selamat dari melintasi lautan.

Bahkan setelah mereka mengetahui kebenaran firman Allah SWT, mereka malah berkata “Perlihatkanlah Allah kepada kami secara jelas” (QS. An-Nisa’ [4]:143) dan sederetan peristiwa-peristiwa lain yang tiada terhitung jumlahnya.

Renungkanlah apa yang dialami Nabi ‘Isa AS ketika menghadapi kaumnya yang meminta agar Allah SWT menurunkan hidangan dari langit, begitu pula apa yang dialami rasulullah SAW ketika menghadapi kaumnya, selanjutnya ketika menghadapi para shahabatnya seperti pada hari Hudaibiyah, hari pembagian ghanimah, sampai-sampai Beliau SAW berkata : “Semoga Allah SWT merahmati Musa AS. Sungguh dia telah menerima gangguan dan cobaan yang lebih berat dari yang ku alami ini, namun dia tetap bersabar.”

Perhatikanlah apa yang terjadi pada Sayyidina Abu Bakar Radhiyallau ‘anHu sepeninggal Rasulullah SAW, baik ketika menghadapi para shahabat khususnya, maupun ahlur-riddah. Lalu yang dialami para shahabat Rhadiallahu ‘anHum dalam menyikapi perlakuan sejumlah kalangan masyarakat berkarakter kasar dan keras ketika itu, dari berbagai lapisan dan ragam serta macam tujuan yang mereka inginkan. Begitu pula para tabi’in, tabiit-tabi’in hingga masa kini. Sungguh, apa yang telah terjadi pada mereka semua adalah pengalaman berharga yang patut kita pelajari dan kita contoh.

“Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada Rasulullah suri tauladan yang baik bagi orang-orang yang mengharap Allah dan hari kiamat serta yang berdzikir kepada Allah dengan banyak” (QS. Al-Ahzab [33]:21)

Al-Faqih al-‘Alaamah’Umar bin Abdillah Ba Makhramah menuturkan hal ini dalam sebuah bait berikut ini:
يا ضنيني ضنّا حالي ولا أطمع بحيله * حيلة العبد فيما قدّر الله قليلة
Wahai jiwaku yang kikir, sungguh aku tak dapat mengelak sedikitpun.

Maka pertimbangkanlah dan pahamilah olehmu, insya Allah engkau mendapat petunjuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar